Berikut adalah setumpuk kata yang tersusun dalam cerita yang patut untuk direnungi. Banyak dari kita yang membiarkan waktu terbuang sia-sia. Manusia sangat teledor dari 2 hal, yang pertama waktu luang yang kedua kelapangan. Hal inilah yang membuat manusia tidak siap dengan hari esok, jika 2 hal tersebut terbuang sia-sia.
Hari ini beberapa kejadian-kejadian singkat dari seorang petualang dunia, terpampang jelas di ingatannya akan dirinya yang tidak pernah menghargai hidupnya dan waktu luangnya. Dijalanan tidak pernah dirinya menghargai pengendara jalan, celaka atau akan mencelakai oranglain tidak pernah menjadi beban hidupnya. Dia tau tentang agama tapi hanya sekedar tau, bukan untuk dilaksanakan apa yang diperintahkan dan bukan untuk meninggalkan atas apa yang dilarang atas aturan-aturan dalam agama. Waktu luang yang kosong dan kelapangan hidup membuatnya terlalu santai menjalani hidup dengan bermalas-malasan dan mencari kesenangan di atas dunia tanpa mengingat halal dan haram. Perjudian adalah hal yang dipelajarinya sejak masih di bangku sekolah, dengan kata lain pertaruhan. Hal ini pun telah mendarah daging dan sulit untuk dilepaskan hingga usia semakin menua. Tidak peduli uang dari mana asalnya dan ketika semua tidak ada barang dirumah adalah korbannya. Sedikit saja kesempitan sudah membuatnya seperti manusia paling menderita di dunia ini, karena tidak pernah dirinya melihat orang-orang yang berada di bawahnya dan tidak pernah belajar untuk melihat kebawah. Yang dilakukannya adalah melihat keatas dan bagaimana caranya menjadi diatas, tanpa menoleh kebelakang, kesamping dan kebawah.
Miras telah melalui tenggorokannya dengan biasa, sabu dan gelek adalah asupan kesehariannya hingga dirinya On, wanita haram telah ditidurinya sementara istri dirumah bersama anak-anaknya telah biasa terlantar di rumah dan hanya menerima perlakuan kasar. Hingga kejadian mengerikan menimpanya.
Tidak pernah sekalipun dia merasakan sakit yang menjalari tubuhnya dengan sangat seperti saat ini, badan yang semakin kurus. Menjadi pecandu mungkin hal yang wajar baginya, tapi sakit ini lebih dari itu. Alat vitalnya serasa terbakar dan mengeluarkan nanah, seluruh tubuhnya sakit dan AIDS pun ikut meramaikan kondisi tubuhnya yang bobrok, hingga tidak mampu lagi dirinya menyadarkan diri akibat tabungan hura-hura yang menumpuk, karena waktu yang disia-siakan dan kelapangan hidupnya yang tidak pernah dimanfaatkan. Dipembaringan ruang isolasi dia mendengar isak tangis orang tua, istri, anak dan kerabat yang menemaninya, terdengar sangat jelas ditelinga yang mana tidak pernah tersentuh olehnya. Hati yang selama ini kaku kini menerima kesejukan, ingin dirinya meminta maaf, ingin dirinya memeluk namun semua itu tidak bisa karena dirinya hanya bisa mendengar tanpa mampu berbuat dan bicara apapun karena kondisinya yang koma selama sepekan. Gejolak hatinya semakin menjadi-jadi. Teriaknya tertahan oleh kesadarannya. Hatinya benar-benar kelu hingga satu kesempatan diberikan oleh Tuhannya untuk berkata maaf. Dirinyapun tersadar dari koma yang memaparkan masa lalunya, airmata mengaliri pipinya yang sayu sedang keluarga mensyukuri kesadarannya dan hanya mampu menatapnya dengan pilu serta menguatkan dirinya yang rapuh, meski selama ini tidak sedikit dirinya menyakiti hati orang-orang yang berada disekelilingnya. Seminggu berlalu dan ajal pun menjemput sang pengelana di pembaringan RS akibat waktu luang dan kelapangan yang ada tidak dimaafaatkan namun disia-siakan untuk hal hidup yang sia-sia.
Saat ini mulailah kita bertanya pada diri kita yang masih berdiri tegak di atas dunia, “sudahkah kita memanfaatkan waktu luang dan kelapangan yang Tuhan anugerahkan pada kita?”. Mulailah dari hal kecil dan pergunakanlah waktu luang dan kelapangan seolah-olah esok kita sangat sibuk dengan kegiatan hingga sangat sulit temukan waktu luang dan kelapangan untuk hal yang positif.