Minggu, 04 Maret 2012

Prospek Gaharu kedepan

Pendahuluan

Setelah menghilang dari blog ini, ternyata blog ini penuh dengan rumah serangga hehehehe menyeramkan. Oke kali ini blog ini akan membahas mengenai tanaman gaharu. Gaharu adalah tanaman yang saat ini banyak dibicarakan masyarakat Indonesia. Indonesia belajar dari negara Thailan, lahannya yang tidak seluas Indonesia mampu menghasilkan tanaman gaharu yang berkualitas. Buat yang mau tahu ini dia tanaman gaharu, yang mau lihat langsung, yuk kia ke kebun gaharu....ada yang mau ikut ?

Gaharu
 
Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Biasanya resin tersebut disebut damar memiliki kandungan yang wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati.
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistempertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman.Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.

Keharuman yang khas Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu.
1. Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan.
2. Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling coklat.
3. Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.

Gaharu sering digunakan untuk mengharumkan tubuh dengan cara pembakaran (fumigasi) dan pada upacara ritual keagamaan. Gaharu dengan naloewood”, merupakan substansi aromatik (aromatic resin) berupa gumpalan atau padatan berwarna coklat muda sampai coklat kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam dari kayu tertentu yang sudah dikenal sejak abad ke-7 di wilayah Assam India yang berasal dari jenis Aqularia agaloccha rotb, digunakan terbatas sebagai bahan pengharum dengan melalui cara fumigasi (pembakaran). Namun, saat ini diketahui gaharupun dapat diperoleh dari jenis tumbuhan lain famili Thymeleaceae, Leguminaceae, dan Euphorbiaceae yang dapat dijumpai di wilayah hutan Cina, daratan Indochina (Myanmar dan Thailand), malay Peninsula (Malaysia, Bruinai Darussalam, dasn Filipina), serta Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, maluku, Mataram dan beberapa daerah lainnya).
Dari hasil analisis kimia di laboratorium, gaharu memiliki enam komponen utama yaitu furanoid sesquiterpene diantaranya berupa a-agarofuran, b-agarofuran dan agarospirol. Selain furanoid sesquiterpene, gaharu yang dihasilkan dari jenis Aquilaria malaccensis asal Kalimantan pun ditemukan pokok minyak gaharu yang berupa cbromone. Cbromone ini menghasilkan bau yang sangat harum dari gaharu apabila dibakar. Sementara itu komponen minyak atsiri yang dikeluarkan gaharu berupa sequiterpenoida, eudesmana, dan valencana.

Gaharu adalah salah satu komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) komersial yang bernilai jual tinggi. Bentuk produk gaharu merupakan hasil alami dari kawasan hutan yang dapat berupa cacahan, gumpalan atau bubuk. Nilai komersial gaharu sangat ditentukan oleh keharuman yang dapat diketahui melalui warna serta aroma kayu bila dibakar. Selain dalam bentuk bahan mentah berupa serpihan kayu, saat ini melalui proses penyulingan dapat diperoleh minyak atsiri gaharu yang juga bernilai jual tinggi. Setiap bentuk produk gaharu tersebut mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda. Disamping itu, gaharu pun mempunyai kandungan resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas. Makanya dari aromanya itu yang sangat popular bahkan sangat disukai oleh Negara-negara lain khususnya masyarakat Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Oman, daratan Cina, Korea, dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis asesoris serta untuk keperluan kegiatan relijius gaharu sudah lama diakrabi bagi pemeluk agama Islam, Budha, dan Hindu. Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia.

Prospek Gaharu di Indonesia
Di Indonesia gaharu mulai dikenal sejak tahun 1200-an yang ditunjukkan oleh adanya pertukaran (barter) perdagangan antara masyarakat “Palembang dan Pontianak” dengan masyarakat Kwang Tung di daratan China. Gaharu (Aquilaria spp.) merupakan komoditas langka Indonesia. Beberapa spesies gaharu komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah: Aquilaria malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, A. filaria, dan Gyrinops verstegii serta A. crassna asal Kamboja. Gaharu adalah komoditas ekspor dan bernilai ekonomi yang sangat tinggi. Negara-negara pengimpor gaharu adalah kawasan Timur Tengah, Uni Emirat Arab, dan negara-negara asia lainnya seperti Jepang, Singapura, dan Taiwan. Mereka menggunakan gaharu untuk kebutuhan keagamaan sebagai dupa atau hio.

Kebutuhan akan ekspor gaharu di Indonesia semakin meningkat sampai tahun 2000. Namun, sejak saat itu hingga akhir tahun 2002 produksi gaharu semakin menurun dan rata-rata hanya mencapai sekitar 45 ton/tahun. Hal tersebut diduga disebabkan oleh intensitas pemungutan yang relatif tinggi khususnya dari jenis penghasil gaharu yang mempunyai kualitas dan nilai jual yang tinggi hingga tahun 2000 tanpa dibarengi adanya upaya pelestarian dan pembudidayaan. Sehingga mengakibatkan sangat minimnya tanaman yang dapat menghasilkan gaharu. Agar kesinambungan akan produksi gaharu di masa akan datang yang mempunyai kualitas dan nilai jual tinggi tetap terbina serta tidak tergantung pada hutan alam diperlukan adanya pembudidayaan yang optimal di beberapa daerah endemik dan disesuaikan dengan tempat tumbuh dari jenis penghasil gaharu tersebut.

Dengan memperhatikan kuota permintaan pasar akan komoditas gaharu yang terus meningkat maka pembudidayaan gaharu di tahun 2012 saat ini meningkat cukup tinggi dalam upaya untuk mempersiapkan era perdagangan bebas. Nama dagang lainnya adalah agarwood, heartwood, dan eaglewood. Gaharu memiliki nilai mulai dari 100.000 – 30 juta/kg tergantung asal spesies pohon dan kualitas gaharu, sedangkan minyak gaharu umumnya dijual dengan harga mulai dari 50.000-100.000/ml. Harga gaharu kualitas baik di tingkat konsumen di pasar internasional, sekitar US $ 5 sd. 15 per gram, (Rp 45.000,- sd. 135.000,-). Potensi gaharu sangat bagus untuk dijadikan komoditi bisnis.
Di Kalimantan Barat sendiri Pemerintah Daerah telah memberikan bibit secara gratis kepada para petani. Hal ini bertujuan meningkatkan taraf hidup para petani sendiri. Beberapa waktu terakhir (Maret 2012) diadakan pula seminar-seminar mengenai gahari di kota Singkawang Kalimantan Barat oleh para pengusaha lokal maupun asing, guna memfasilitasi penjualan gaharu dalam maupun luar negeri bagi para petani.
Di lihat dari tahun 2000, kuota permintaan pasar sekitar 300 ton/tahun. Namun hingga tahun 2002, yang baru bisa drealisasikan untuk memenuhi kebutuhan pasar, hanya sekitar 10% - 20% saja. Khusus untuk jenis Aquilaria malaccensis yang mempunyai kualitas dan bernilai jual yang tinggi, usaha pembudidayaannya pun berpeluang menurunkan tingkat kelangkaan.

Potensi gaharu yang baik, menyebabkan tingginya keinginan untuk panen bahkan saat ini telah ada sistem suntikan untuk memunculkan gubal yang berbau harum dengan cepat. Gubal gaharu dan kemedangan dapat dilihat ketika panen dengan menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut
Asal Tanaman Gaharu
Aquilaria subintegra, asal Thailand
Aquilaria crassna asal Malaysia, Thailand, dan Kamboja
Aquilaria malaccensis, asal Malaysia, Thailand, dan India
Aquilaria apiculina, asal Filippina
Aquilaria baillonii, asal Thailand dan Kamboja
Aquilaria baneonsis, asal Vietnam
Aquilaria beccarain, asal Indonesia
Aquilaria brachyantha, asal Malaysia
Aquilaria cumingiana, asal Indonesia dan Malaysia
Aquilaria filaria, asal China
Aquilaria grandiflora, asal China
Aquilaria hilata, asal Indonesia dan Malaysia
Aquilaria khasiana, asal India
Aquilaria microcarpa, asal Indonesia Malaysia
Aquilaria rostrata, asal Malaysia
Aquilaria sinensis, asal Cina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar